Call of Duty adalah game FPS dengan mode single player terbaik di
industri game, ungkapan yang satu ini tentu saja menjadi pernyataan yang
paling sering Anda dengar ketika pembahasan mengenai game-game militery
shooter mengemuka di dunia maya. Konsep menarik yang ditawarkan oleh
Call of Duty 4: Modern Warfare yang membawa perang sinematik modern
tumbuh menjadi pondasi kebangkitan, tidak hanya franchise ini, tetapi
game FPS secara keseluruhan. Formula sukses inilah yang kemudian
berusaha diikuti oleh lebih banyak produk, termasuk oleh seri Call of
Duty itu sendiri. Kesuksesan ini melahirkan kebijakan rilis tahunan, dan
akhirnya tiba di Ghosts yang akan mewarnai tahun 2013 ini.
Anda yang sempat membaca preview kami sebelumnya tentu saja sudah
mendapatkan sedikit gambaran akan apa yang sebenarnya ditawarkan oleh
COD: Ghosts ini, terutama lewat kehadiran mode single player yang memang
menjadi kekuatan utamanya. Menarik untuk diantisipasi, mengingat ini
menjadi kesempatan pertama untuk melihat kekuatan visual yang ia
tawarkan, mengingat posisi COD: Ghosts yang memang digembar-gemborkan
sebagai sebuah produk next-gen. Lahir sebagai seri baru dari Infinity
Ward – yang notabene merupakan otak di balik trilogi Modern Warfare di
masa lalu membuat ada begitu banyak antisipasi yang kuat untuk seri yang
satu ini. Terpenuhi atau tidak? Ini menjadi pertanyaan kedua yang
krusial.
Lantas apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Call of Duty: Ghosts?
Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah seri untuk awal yang baru?
Plot
Kekuatan sumber daya dan ekonomi akhirnya mendorong lahirnya The
Federation – sebuah perserikatan negara-negara Amerika Selatan. Mulai
berambisi menguasai lebih banyak negara, The Federation akhirnya tiba di
Amerika Serikat. Mereka bahkan berhasil menguasai ODIN – senjata luar
angkas milik negara super power tersebut.
Keluarga adalah harta yang paling berharga, tidak hanya untuk anggota
keluarga satu sama lain, tetapi juga untuk negara. Ini mungkin menjadi
kalimat yang paling tepat untuk menggambarkan jalinan plot inti yang
berusaha ditawarkan Infinity Ward di Call of Duty: Ghosts. Intinya
sendiri masih belum lepas dari benang merah klise yang seolah menjadi
standar cerita untuk setiap game FPS military shooter yang meluncur ke
pasaran. Benar sekali, ini kembali soal Amerika dan supremasinya di
bidang militer dan bagaimana negara ini akan bertahan dari segala jenis
serangan. MURICA!
Apalah artinya Amerika Serikat tanpa sumber daya yang cukup untuk
memutar roda perekonomian mereka? Skenario inilah yang terjadi di COD:
Ghosts. Setelah terputusnya pasokan minyak mentah dari Timur Tengah,
posisi Amerika Serikat sebagai negara super power kini mulai tergerus
oleh negara-negara Amerika Selatan yang kini memegang pasokan minyak
terbesar di dunia. Tergabung dalam The Federation, negara-negara ini
tidak hanya memperluas kekuasan di bidang ekonomi, tetapi juga lewat
kemampuan militer. Invasi terbuka yang dilakukan akhirnya tiba di
Amerika Serikat. Puncaknya? Dengan dikuasainya senjata luar angkasa –
Odin.
ODIN membuat Amerika Serikat luluh lantak. Namun tidak menyerah,
gelombang pertahanan pun lahir. Termasuk salah satunya dari Logan dan
Hesh, dua bersaudara.
Dengan sepak terjang yang sudah terbukti, Hesh dan Logan akhirnya
bergabung dengan pasukan khusus nan misterius – Ghosts di bawah
bimbingan sang ayah – Elias. Pertempuran besar pun dimulai, apalagi dengan keterlibatan Rorke – sang pembelot Ghosts di sisi The Federation.
Invasi yang dilakukan pasukan The Federation membuat Odin berbalik
menyerang “tuannya” sendiri – Amerika Serikat. Amerika Serikat pun
berada di ujung kehancuran, dengan kekuatan minimal untuk menahan invasi
The Federation yang gencar. Salah satunya muncul dari anggota pasukan
khusus yang cukup disegani – Ghosts. Dengan topeng bermotif tengkorak
khasnya, Ghosts dikenal sebagai unit yang tidak pernah gagal mengemban
misi apapun yang diserahkan kepada mereka. Anda sendiri akan berperan
sebagai seorang Ghosts muda – Logan yang ikut bergabung bersama dengan
saudara laki-laki Anda – Hesh. Seperti sebuah reuni akbar, Logan dan
Hesh berjalan di bawah komando sang ayah – Elias, seorang veteran Ghosts
yang terpanggil kembali untuk menghidupkan unit khusus ini. Pertempuran
besar pun dimulai untuk mengembalikan supremasi Amerika Serikat, dengan
begitu banyak misi yang tersebar tidak hanya di darat, tetapi juga
laut, bahkan luar angkasa. Perjalanan mudah? Tentu saja tidak. Apalagi
ketika usaha ini dihadang oleh Gabriel Rorke – mantan anggota Ghosts
terbaik yang kini justru bekerja di bawah The Federation. Balas dendam
menjadi motif utama.
Gabriel Rorke – sang “hantu” yang paling disegani Ghosts kini berada di
sisi sebaliknya. Pertarungan besar pun tidak terhindarkan.Can they win this war?
0 komentar:
Posting Komentar