Telltale Games, nama developer yang satu ini memang berhasil meraih
popularitas cepat di industri game selama beberapa tahun terakhir ini.
Mereka secara konsisten “bermain” di genre interactive story yang
berhasil memikat minat banyak publisher dan pemilik franchise. Dari The
Walking Dead season pertama yang meremukkan hati, Telltale tampaknya
berhak menyandang predikat sebagai salah satu developer paling sibuk
saat ini. Meracik semesta yang sudah ada dan membangun latar belakang
cerita yang tak pernah Anda bayangkan sebelumnya, mereka bahkan
dipercaya menangani Borderlands, Game of Thrones, hingga yang terbaru –
Batman. Untuk nama yang terakhir, si episode pertama yang cukup
diantisipasi ini akhirnya dilepas ke pasaran.
Maka seperti formula yang bisa Anda antisipasi dari sebagian besar
game Telltale yang ada, Batman: The Telltale Series episode pertama ini
mengusung mekanik gameplay yang hampir banayk serupa. Anda akan
berhadapan dengan serangkaian pembicaraan dan opsi pilihan, yang
nantinya akan menentukan respon seperti apa yang Anda dapatkan atau
bahkan menentukan kemana arah cerita bergerak. Tentu saja, untuk
memastikan tema Batman yang tepat sasaran, mereka juga harus
menyuntikkan beberapa fitur baru yang mampu menangkap esensi dari aksi
sang Ksatria Kegelapan tersebut. Apalagi, ini akan jadi momen dimana
Anda bisa memerankan sosok di balik topeng tersebut lebih banyak
daripada aksinya sebagai seorang superhero.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Batman: The Telltale
Series ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah game yang
memanusiakan pahlawan? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk
Anda.
Plot
Berita baik untuk Anda yang sudah muak dengan origin story-nya, episode
pertama ini akan langsung membawa Anda pada sosok Batman yang
berpengalaman.
Berita baik untuk Anda yang sudah muak, Anda tak akan lagi berhadapan
dengan cerita asal muasal “lahirnya” Batman yang sepertinya sudah
melewati begitu banyak proses pengulangan di beragam media yang ada. Tak
ada lagi scene di gang gelap yang menewaskan Thomas dan Martha Wayne
lagi atau sosok Bruce Wayne kecil yang terobsesi dengan kelelawar dan
memutuskan untuk menjadikan binatang tersebut sebagai simbolnya melawan
kejahatan di Gotham. Kita langsung masuk ke dalam cerita Batman yang
selama ini kita kenal. Bruce mulai berusaha mengubah Gotham dengan memercayakannya pada sosok Harvey Dent. Berbeda dengan game Batman pada umumnya, sosok di balik topeng inilah yang jadi fokus Telltale di seri ini.
Bruce Wayne sepertinya mengerti bahwa sosok Batman saja tak akan
bisa menjamin bahwa Gotham bisa berubah menjadi lebih baik, terlepas
seberapa kerasnya ia berusaha. Tingkat kriminal memang sudah menurun,
namun ia harus mengakomodasi mereka yang masih bersih untuk menjaga
Gotham dari dalam. Dan tak ada lagi sosok yang lebih baik selain Harvey
Dent, yang ia dukung untuk menjadi Mayor. Dent yang bersih dan tak bisa
dibengkokkan menjadi tumpuan harapan baru Wayne. Salah satu ambisi
awalnya? Menutup Arkham Asylum dan membangun fasilitasi medis yang lebih
baik untuk memastikan penjahat-penjahat Gotham dengan penyakit
psikologisnya bisa disembuhkan. Satu langkah awal menuju Gotham yang
lebih aman. Usaha Wayne ini tentu saja tak akan mudah, apalagi dengan benturan kepentingan yang ada, bahkan dari sisi politik. Tantangan seperti apa yang harus dilalui Bruce Wayne sebagai dirinya sendiri dan Batman?
Namun seperti yang bisa diprediksi, perjalanan ini tak mudah. Bruce
Wayne harus berhadapan dengan begitu banyak ancaman baik sebagai dirinya
sendiri ataupun sebagai identitas rahasianya – Batman. Ia mulai harus
berkompromi dengan keluarga mafia terbesar Gotham untuk sekedar
memastikan Harvey aman, bertarung dengan Catwoman karena berbagi
ketertarikan pada informasi yang sama, hingga berhadapan dengan
Cobblepot – teman masa kecilnya yang kini tumbuh menjadi sosok pria yang
tak lagi ia kenal. Episode 1 seri ini dibangun untuk membangun basis
dari beragam konflik yang harus Anda selesaikan, walaupun harus diakui,
masih belum jelas mana yang akan tumbuh sebagai motor penggerak cerita
utama.
0 komentar:
Posting Komentar